5 Hal Yang Bisa Dipelajari Dari Suksesnya Film-Film Harry Potter
Film Harry Potter merupakan salah satu franchise film paling sukses sepanjang masa. Bagaimana tidak, 8 film Harry Potter telah meraup sekitar 7.7 milyar dollar AS atau sekitar 108.693.200.000.000 rupiah (108 triliun rupiah!). Tentu saja angka tersebut belum termasuk franchise di bidang lain seperti taman bermain, merchandise, novel, dan penjualan DVD.
Salah satu yang membuat franchise film ini begitu sukses adalah penggemar setianya atau biasa disebut Potterheads. Penggemarnya terus bertambah setiap tahun dan tidak sedikit fans garis keras yang mengoleksi semua novel, merchandise, menghafal semua mantra sihir, dsb. Tentu fenomena ini menarik untuk kita amati lebih lanjut. Apa sih yang membuat Harry Potter begitu disukai oleh fans-nya? Yuk kita bahas bersama-sama!
Waktu Dan Target Penonton Yang Tepat
Pada awal kemunculan filmnya, karakter bocah penyihir bernama Harry Potter saat itu masih berusia 11 tahun dan begitu pula target penonton yang merupakan anak-anak hingga remaja. Novelnya yang di satu sisi kaya akan imajinasi, namun di sisi lain mampu membuatnya membumi dan relate dengan kehidupan anak-anak dan remaja membuat novel ini meledak di waktu yang tepat. Para orang tua pun ikut senang dan menyemangati anak-anaknya yang tertarik untuk membaca buku. Pada akhirnya buku dan film laris manis diserbu penggemar.
Cerita Fantasi Yang Luar Biasa
Membuat cerita fantasi bukan perkara mudah. Terlalu halu bisa membuat penonton bingung, terlalu membumi bisa membuat cerita fantasi tidak spesial. Nah bak dewa yang tahu seisi dunia dan takdirnya, J.K Rowling berhasil menyeimbangkan keduanya dalam novel dan film yang apik. Cerita yang selain mempesona juga ditulis rapi ini membuat kita terhanyut dalam alur dan karakter yang diciptakan. Tidak hanya itu, cerita Harry Potter juga sarat akan makna yang sangat relevan dengan dunia nyata kita saat ini.
Candaan Yang Pas
Selain cerita yang pas, J.K. Rowling juga punya selera humor yang jitu. Humor yang disajikan oleh J.K Rowling nyatanya tidak terlalu nyeleneh untuk anak-anak dan tidak kekanak-kanakan untuk pembaca yang lebih dewasa. J.K. Rowling juga secara jitu menggunakan humor untuk membuat semua karakter nampak begitu nyata dan dekat dengan kita. Hal ini membuat para pembaca dan penonton ikut berempati terhadap karakter yang sepertinya nyata dan masuk dalam dunia fantasi yang dibuat si penulis.
Bertumbuh Bersama Fans
Novel Harry Potter awalnya memang dibuat untuk anak-anak dan remaja, begitu pula dengan filmnya. Namun seperti yang kita ketahui, pada film ketiga yang berjudul Harry Potter and the Prisoner of Azkaban, terjadi perubahan tone yang begitu drastis menjadi lebih dewasa dan gelap. Penunjukan Alfonso Cuaron sebagai sutradara waktu itu memang cukup mengejutkan, tetapi akhirnya kita bisa memahami alasannya. Para pembuatnya memang sangat pintar menyelaraskan perkembangan fansnya dengan pertumbuhan karakter Harry Potter yang semakin dewasa setiap tahunnya. Tak hanya itu, polemik berbahaya dari Lord Voldemort yang jahat serta aksi-aksi mendebarkan lainnya membuat film ini semakin seru dan bisa dinikmati fans segala usia.
Kita Bisa Saja Seorang Penyihir
Terakhir, yang paling jenius dari formula cerita Harry Potter adalah membuat kita berpikir bahwa kita mungkin saja juga seorang penyihir. J.K. Rowling membangun dua dunia yang berjalan secara pararel: dunia manusia biasa (atau disebut muggles) dengan dunia penyihir (wizarding world). Di antara kedua dunia itu, ada banyak jembatan, seperti sebutan mudblood untuk darah campuran penyihir dan manusia biasa, atau penggunaan peron 9 3/4 di Stasiun King Cross sebagai portal dua dunia tersebut. Ide yang sangat brilian dan membuat kita terus menunggu burung hantu datang dan membawa surat penerimaan Hogwarts untuk kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar